sinduran

Mengenal lebih dalam Sinduran dalam Pernikahan Adat Jawa

Sinduran adalah salah satu upacara pernikahan yang sering didengar, terutama di Pulau Jawa atau keluarga dengan latar belakang budaya Jawa. Istilah “sinduran” berasal dari “isin mundur”, yang artinya tidak boleh mundur atau menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Upacara ini sangat penting dalam tradisi pernikahan Jawa dan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari perayaan tersebut.

Artikel ini akan menguraikan segala hal mengenai sinduran, termasuk unsur-unsur yang penting dan hal-hal yang harus dihindari selama prosesi sinduran. Meskipun sederhana, sinduran memiliki banyak aturan dan tradisi yang perlu diikuti dengan cermat. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam acara ini agar tidak kesulitan dalam menyelenggarakan sinduran pada pernikahan Anda.

Apa Itu Sinduran?

Beberapa mengatakan bahwa sinduran berasal dari kata ‘sindur’ yang berarti kain berwarna merah muda dalam Bahasa Jawa. Secara tradisional, sinduran sering kali dikaitkan dengan penggunaan kain merah menyala yang melambangkan sebuah pernikahan. Secara leksikal, sinduran secara harfiah mengacu pada penggunaan kain merah.

Secara budaya, sinduran memiliki makna mendalam yakni momen penyerahan seorang gadis kepada suaminya, menandakan bahwa gadis tersebut telah melepaskan tangan dari ayahnya. Pengantin wanita kemudian memasuki fase hidup baru yang dipandu oleh suaminya, yang bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang baru terbentuk. Secara filosofis maupun administratif, pernikahan mengubah status seorang wanita ke dalam kartu keluarga yang baru, di mana suaminya biasanya menjadi kepala keluarga. Sungguh luar biasa, bahwa dari satu kata saja, dapat menyimpan begitu banyak makna yang dalam.

Apakah Benar Sinduran Itu Merupakan Adat Jawa?

Secara singkat, Sinduran adalah bagian dari upacara pernikahan adat Jawa. Namun, perlu diketahui bahwa di Pulau Jawa terdapat berbagai suku Jawa yang berbeda. Secara khusus, ritual ini umumnya dilakukan jika pasangan atau keluarga mereka berasal dari Solo atau Surakarta. Sinduran biasanya dilaksanakan setelah ritual Wiji Dadi atau ritual menginjak telur. Dalam Sinduran, kedua pasangan akan didampingi oleh ayah dari mempelai wanita.

Tradisionalnya, acara ini mengarah ke Krobongan, sebuah kamar khusus yang disiapkan untuk pengantin di tengah joglo atau rumah adat Jawa. Namun, dalam konteks modern, banyak pasangan yang menggantikan Krobongan dengan pelaminan karena rumah tradisional Jawa seperti joglo sudah jarang ditemui saat ini.

Karena sinduran merupakan bagian dari tradisi adat Jawa, semua prosesnya biasanya mengikuti filosofi Jawa. Namun, dengan perkembangan zaman, bukan berarti semua prosesi harus dijalankan persis seperti yang dilakukan oleh leluhur. Anda dapat berkonsultasi dengan orang yang lebih tua mengenai hal-hal yang dapat dinegosiasikan dalam penyelenggaraan acara adat.

Jika Anda harus mengikuti semua tradisi secara harfiah dari masa lampau, tidak hanya akan memakan banyak waktu tetapi juga berpotensi menghabiskan biaya yang lebih besar. Oleh karena itu, penting untuk berdiskusi terlebih dahulu agar tidak menyesal di kemudian hari. Contohnya, penggantian Krobongan dengan pelaminan untuk rumah yang tidak berarsitektur joglo menunjukkan bahwa banyak elemen dalam pernikahan adat Jawa bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi saat ini.

Sudah siap untuk mewujudkan pernikahan adat Jawa impianmu? Meskipun tradisi berubah seiring waktu, penting untuk menghormati akar budaya. Jika kamu membutuhkan bantuan dalam menyelenggarakan acara sinduran atau pernikahan adat lainnya, jangan ragu untuk menggunakan jasa wedding consultant dari Felfest UI. Ikuti akun media sosial mereka untuk mendapatkan informasi tentang promo dan paket menarik yang bisa membuat hari istimewa kamu semakin berkesan bersama Felfest UI. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk merencanakan acara yang tidak akan terlupakan!

Baca Juga :